Jepang 2023 (Part. 3) – Kyoto
// Jepang : Kyoto //
Hari terakhir di Kyoto
Hari ini adalah hari terakhir kami menginap di Kyoto karena besok udah pindah ke Osaka. Ada yang curiga nggak koper kita di mana? Kan kemana – mana kita naik kereta lah, naik bus lah. Apakah kopernya kita bawa naik bus dan kereta? Oh.. jelas tidak! Kopernya sudah dikirim ke hotel yang ada di Osaka. Caranya gimana nih? Jujur saya masih kurang paham karena cuman ngikutin saudara aja. Tapi kita bisa belajar bareng di artikel tentang Takuhaibin luggage delivery ini.
Ceritanya pagi ini kami titip koper di resepsionis sebelum jalan – jalan, karena mau dikirim ke Osaka. Dan barang – barang yang masih tertinggal akan kami bawa besok kemudian dititipkan di loker stasiun. Lokernya ada berbagai macam ukuran, jadi bisa sewa sesuai kebutuhan. Buat yang masih bimbang, enaknya pinjam loker atau menggunakan jasa Takuhaibin, bisa cari info di sini.
Setelah urusan koper selesai, saatnya kami pergi ke Fushimi Inari Taisha dan jalan – jalan sehari di kota Nara 😀
Ribuan gerbang torii berwarna jingga
Fushimi Inari Taisha? Kalau belum pernah dengar nama ini, mungkin malah kalian sudah pernah lihat fotonya. Karena kuil ini terkenal dengan ribuan gerbang torii jingganya, dan merupakan kuil pusat terpenting dari ribuan kuil Inari di Kyoto. Inari dipercaya sebagai dewa padi dalam kepercayaan Shinto. Dan berkaitan dengan konsep “panen” inilah, banyak orang berkunjung ke sini untuk berdoa memohon panen yang melimpah, kesuksesan bisnis, keselamatan dan keinginan lainnya. Selain itu kalian bisa menemukan banyak patung rubah di tempat ini, karena rubah dianggap sebagai pembawa pesan dari dewa Inari.
Kuil utama (main shrine) atau honden nya terletak di kaki gunung Inari setinggi 233 meter. Dan di belakang honden ini terdapat jalur pendakian menuju ke Senbon Torii (ribuan gerbang torii), yang berupa dua baris gerbang jingga yang rapat dan sejajar. Gerbang torii di sepanjang jalur pendakian merupakan sumbangan dari para donatur, yang nama dan tanggal sumbangannya tercantum di bagian belakang setiap torii. Tidak semua pengunjung berjalan sampai ke puncak gunung, karena memakan waktu yang cukup lama. Selain itu semakin ke atas kepadatan gerbang pun semakin berkurang.
Dari Stasiun Kyoto kami naik kereta menuju ke Stasiun Inari yang letaknya berseberangan persis dengan Fushimi Inari. Kami sampai di sini sekitar pukul sebelas siang dan sangat ramai pengunjung. Sama seperti saat berkunjung ke Kinkaku – ji, banyak siswa sekolah yang berkunjung. Kami pun mendaki dari Senbon Torii sampai ke Okusha Shrine saja supaya hemat waktu. Asalkan sudah sempat foto karena antriannya cukup padat. Selesai foto kami langsung turun ke bawah dan naik kereta lagi menuju ke Stasiun Nara.
Berapa rusa? Ratusann…
Emang di Nara Park ada banyak rusa? Ya, karena Nara Park terkenal sebagai rumah bagi ratusan rusa sika. Menurut saya mereka ini imut, lucu tapi agak serem juga *haha*. Karena konon katanya ada beberapa rusa yang bisa menganggukkan kepala, sebagai tanda mereka minta makanan. Lucu kann 😀 Emang boleh nih ngasih makan rusa? Boleh saja, tapi makanannya harus shika senbei (biskuit khusus untuk rusa) yang dijual di taman ini. Tapi ada seremnya juga. Meskipun para rusa ini jinak, jangan pernah menggoda mereka dengan makanan. Karena mereka bakal jadi agresif dan siap menyerang kalian. Rusa – rusa ini bebas berkeliaran di mana saja, tidak hanya di taman tapi ada juga yang di pinggir jalan raya.
Pergi ke taman ini cukup menyenangkan, bisa ketemu rusa dari yang kecil sampai yang besar, meskipun kita harus berhati – hati karena ada banyak “ranjau” alias kotoran rusa. Selain itu kami juga sering mendengar teriakan dari beberapa pengunjung yang hendak memberi makan para rusa. Mirip sama teriakan orang pas naik roller coaster hahaha.. Tapi kalau kalian nggak terlalu suka sama hewan, Nara Park tetap jangan di skip ya! Mending langsung jalan ke belakang aja, ada Todaiji Temple yang bagus banget nih! Yukk.. langsung lanjut ke sana.
Patung Buddha yang sangat besar
Emang sebagus apa sih Todaiji Temple? Lihat dulu deh 😀 Kami berjalan menuju Todai – Ji dan masuk melalui Gerbang Selatan Besar (Nandaimon). Saat melewati Nandaimon, wajib nih untuk memperhatikan di bagian kanan dan kiri gerbang. Terdapat dua patung penjaga yang sangat besar, dengan tinggi lebih dari delapan meter. Dua penjaga ini umumnya dikenal sebagai Ni – o (Dua Raja). Selain itu, Nandaimon merupakan gerbang masuk kuil terbesar di Jepang, karena sebanding dengan ukuran Aula Buddha Besar nya (Daibutsu – den). Kalau begitu, berarti…
Ya! Aula Buddha Besar (Daibutsu – den) di Todai – Ji merupakan salah satu bangunan kayu terbesar di dunia. Meskipun setelah terjadi kebakaran, Daibutsu – den dibangun ulang dengan ukuran hanya sekitar enam puluh persen dari ukuran asli, karena masalah keuangan. Daibutsu – den menjadi tempat tersimpannya patung perunggu Buddha Vairocana dengan ketinggian hampir 15 meter. Dalam bahasa Jepang, patung ini disebut Daibutsu yang berasal dari kata dai (raksasa) dan butsu (Buddha). Kalau mau lihat bentuk awal dari Daibutsu – den, bisa lihat maketnya yang ada di belakang patung Buddha.
Ada juga nih peninggalan lain yang nggak kalah penting dan letaknya di depan Daibutsu – den, yaitu Lentera Segi Delapan. Sepertinya lentera ini berasal dari masa pendirian Todai – Ji. Selain Daibutsu – den ada tempat lain di kompleks Todai – Ji yang bisa dikunjungi, seperti Nigatsudo, Hokkedo, dan Kaidando. Tapi karena mengelilingi tempat ini butuh waktu yang cukup lama, kami hanya masuk ke Daibutsu – den saja. Namun bagi saya tempat ini bagus banget dan recommended buat dikunjungi.
Menikmati sore hari
Nggak kerasa aja udah mulai sore, kami lanjut ke Higashimuki Shopping Street. Kita mau belanja lagi *dikit* karena drugstore di sini paling murah (dari kota lain yang saya kunjungi). Saya nggak shopping baju, tapi belinya semacam koyo, obat perawatan rambut dan snack, seperti saran orang – orang di IG hahaha.. .Selain drugstore, di sini juga ada coffee shop, restoran, toko souvenir dan lainnya. Tidak hanya itu, ternyata di dekat sini juga ada Kofukuji Temple yang sudah berdiri lebih dari 1.300 tahun yang lalu. Tempatnya seperti apa ya? Lanjut deh jalan kaki menuju ke Kofuku – Ji.
Dari Higashimuki Shopping Street, tinggal belok kiri ke jalan Sanjo – Dori. Ternyata di sini juga banyak pertokoan dan kami sempat mencicipi mochi dengan isian kacang merah di Nakatanidou. Sebenarnya saya nggak tahu kalau tempat ini cukup terkenal, karena kebetulan lewat dan kiosnya cukup ramai. Ternyata Nakatanidou terkenal karena proses menumbuk mochi nya (mochitsuki) berkecepatan tinggi, yang bisa kita lihat setiap hari di kiosnya. Rasanya? Lembut, kenyal, nggak terlalu manis dann.. patut dicoba! 😀
Kofukuji
Katanya kalau di Jepang, makan sambil jalan dianggap nggak sopan. Jadi kami habiskan dulu mochinya baru lanjut jalan ke Kofuku – Ji, sebuah kuil yang dibangun oleh keluarga Fujiwara pada tahun 669. Awalnya kuil ini berlokasi di Yamashiro (sekarang Kyoto). Dan setelah dibongkar dua kali, akhirnya pada tahun 710 Kofuku – Ji dipindahkan ke lokasi yang sekarang yaitu Nara. Kuil ini juga mengalami kerusakan akibat dari perang dan kebakaran, sehingga bangunannya diperbaiki berulang kali, meskipun tidak semuanya dibangun ulang.
Beberapa bangunan bersejarah yang masih bisa ditemukan di Kofuku – Ji, antara lain Pagoda Tiga Lantai, Aula Oktagonal Utara (Hokuendo) berdiri sejak tahun 721, dan Aula Oktagonal Selatan (Nanendo) baru didirikan tahun 813. Ketiga bangunan ini tidak dibuka untuk umum. Sedangkan Aula Emas Tengah (Chukondo) di bagian tengah, merupakan bangunan terpenting sekaligus aula tertua di kompleks Kofuku – Ji. Namun sekarang ini, Chukondo menjadi bangunan terbaru, karena telah direkonstruksi pada tahun 2018, dengan skala dan gaya arsitektur yang sama.
Kemudian di sisi timur ada Pagoda Lima Lantai, Aula Emas Timur (Tokondo) dan Museum Harta Karun Nasional Kofukuji. Pagoda Lima Lantai adalah pagoda kayu tertinggi kedua di Jepang dengan ketinggian 50 meter, sekaligus sebagai landmark kota Nara. Di sampingnya ada Tokondo yang menyimpan patung Yakushi Nyorai atau Buddha Pengobatan. Sedangkan untuk melihat peninggalan bersejarah dan koleksi seni dari Kofuku – Ji, seperti patung Ashura yang terkenal kalian bisa mengunjungi Museum Harta Karun Nasional Kofukuji.
Dari beberapa tempat, hanya tiga area yang dibuka untuk umum, yaitu Chukondo, Tokondo dan Museum Harta Karun Nasional Kofukuji. Kalian bisa beli tiket masuk untuk mengunjungi ketiga area tersebut. Tapi kalau cuman jalan – jalan di halaman kuil saja (seperti saya), karena loketnya udah tutup *hehe* bisa kalian lakukan sepanjang waktu dan gratis!
Numpang Cerita…
Sedikit mau sharing nih.. Karena ini pertama kalinya saya pergi ke Jepang, jadi sempet bingung dengan terjemahan “Temple” dan “Shrine, dari istilah “Tera” dan “Jinja”. Mengapa? Karena hasil terjemahan dari keduanya adalah kuil. Lha terus bedanya apa? Berdasarkan dari hasil searching, ternyata “Tera” (temple) adalah kuil Buddha, sedangkan “Jinja” (shrine) adalah kuil Shinto.
Pengucapan Tera bisa berubah tergantung pada nama kuil Buddha yang dimaksud, seperti Tera menjadi Dera pada Kiyomizu – dera, menjadi Ji pada Kinkaku – Ji dan menjadi In pada Byodo – In. Sedangkan kuil Shinto dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain Jingu, Gu, Dai – Jingu, Taisha, Jinja dan Sha.
Ada yang pernah bingung seperti saya? Atau kalau masih bingung, bisa lihat penjelasannya di artikel berikut. (SEPTEMBER 2023)