Jepang 2023 (Part. 1) – Kyoto

// Jepang : Kyoto //

Sampai juga di Jepang

Dari jendela terlihat langit mulai cerah, berarti sebentar lagi kami mendarat di Kansai International Airport. Tenaga juga sudah dicharge semalaman penuh, siap untuk berpetualang sepanjang hari. Saya bilang begini karena di sini perginya bukan naik mobil, tapi naik turun bus dan kereta. Capek kah? Lumayan.. tapi untung beberapa bulan sebelumnya udah agak rutin olahraga, jadi nggak terlalu capek. Setelah pesawat landing, ambil bagasi, kemudian kami langsung beli tiket bus menuju ke Stasiun Kyoto.

Hi, Japan!

Setelah sekitar satu jam akhirnya kami sampai di Stasiun Kyoto dan lanjut naik bus menuju halte terdekat dengan hotel, karena kami mau titip koper dulu. Setelah urusan hotel selesai, kami langsung makan siang dan naik bus lagi menuju ke Kinkakuji Temple.

Stasiun Kyoto

Ada sedikit cerita dan tips buat yang nggak pernah naik bus di Jepang *seperti saya*. Sebelumnya saya minta maaf karena nggak bisa cerita secara detail berhenti di halte mana aja, karena saya udah lupa naik turun bus berapa kali dan berhenti di mana aja huahaha.. Dan karena seharian ini kami mau keliling kota Kyoto, maka kami membeli tiket bus one – day pass. Di bagian belakang tiket tertera tanggal pembelian dan tiket hanya bisa dipakai pas tanggal itu saja. Sebelum naik bus pastikan nomor nya sudah sesuai dengan tempat tujuan, dan informasi mengenai nomor bus sudah tertera di halte. Jadi jangan sampai salah naik ya 😀

Paviliun Emas

Kinkakuji Temple diakui oleh UNESCO sebagai situs Warisan Budaya Dunia pada tahun 1994. Sebenarnya kuil ini bernama Rokuon – ji yang berarti Kuil Taman Rusa, meskipun lebih dikenal dengan nama Kinkaku – ji karena kepopuleran paviliun emasnya (Kinkaku). Awalnya tempat ini merupakan sebuah vila yang dikenal dengan nama Kitayamadai milik seorang bangsawan, Saionji Kintsune. Kemudian saat periode Muromachi (1392 – 1573), tempat ini dibeli oleh Yoshimitsu dan diubah menjadi kompleks Kinkaku – ji. Dan setelah Yoshimitsu wafat, kuil ini diubah menjadi kuil Zen sesuai dengan wasiatnya.

Paviliun emas ini memiliki tiga gaya arsitektur yang berbeda di setiap lantainya. Lantai pertama bergaya arsitektur istana (shinden – zukuri) dengan dinding yang terbuat dari kayu polos dan plester putih. Di dalamnya terdapat patung Buddha dan patung Ashikaga Yoshimitsu. Sedangkan lantai kedua yang bergaya samurai (buke – zukuri) ini merupakan kuil untuk Kannon (Kwan Im), Bodhisattva Welas Asih. Kemudian lantai ketiga memiliki jendela berbentuk lonceng yang merupakan ciri khas gaya arsitektur Zen, zenshu – butsuden. Sekarang ini lantai ketiga menjadi tempat penyimpanan relik suci Buddha. Lantai kedua dan ketiga dari paviliun ini dilapisi dengan daun emas, dimana warna emas dianggap mewakili kemurnian spiritual. Dan di puncak atapnya terdapat patung burung phoenix yang terbuat dari perunggu, sebagai simbol kemurahan hati, kebajikan, dan harmoni.

(kiri) Patung burung phoenix di puncak atap ; (kanan) Gaya arsitektur di setiap lantai

Mengelilingi kompleks Kinkaku – ji

Kompleks Kinkaku – ji cukup besar dan ada map guide nya juga. Tidak jauh dari loket, kami sudah bisa melihat paviliun emas dari jarak kejauhan. Namun karena tempat ini cukup ramai pengunjung, mulai dari wisatawan sampai murid – murid sekolah, jadi kami harus sabar nunggu antrian buat motret paviliun ini. Selesai mengambil foto, kami berjalan menuju ke belakang paviliun dan mengikuti rute melewati taman. Di sepanjang rute ini juga terdapat beberapa tempat yang menjual souvenir. 

Karena cuaca cukup panas, maka kami memutuskan untuk ngadem sebentar di tea house, sambil mencicipi matcha dan manisannya seharga 500 yen. Dan bagi yang nggak suka matcha, nanti di pintu keluar tersedia beberapa vending manchine yang menyediakan berbagai minuman dingin. Bagi saya Kinkaku – ji punya keunikan tersendiri dan layak buat dikunjungi.

Jalan – jalan sore

Dari Kinkaku – ji kami naik bus menuju ke Shijo Street atau Shijo Dori. Shijo Dori merupakan sebuah jalan yang menjadi pusat perbelanjaan barang bermerk, restoran, kafe sampai toko – toko souvenir. Jalan ini membentang dari kuil Yasaka yang berada di ujung timur sampai ke kuil Matsunoo di ujung barat. Dan bagian yang paling ramai dari Shijo Dori, kira-kira berada di antara Karasuma – dori sampai Higashioji – dori. Sedangkan sebagian besar kompleks pertokoan berpusat di antara Kawaramachi – dori dan Karasuma – dori.

Shijo Dori

Dari halte Shijo Nishinotoin kami naik bus ke halte Shijo Kawaramachi, kemudian lanjut jalan kaki melewati sungai Kamo. Dari atas jembatan terlihat di sisi barat sungai, ada sebuah gang sempit yang terbentang dari Shijo – dori sampai Sanjo Dori. Dan tempat ini dikenal dengan nama Pontocho. Di kedua sisi gang sempit ini dipenuhi dengan berbagai macam restoran. Ada masakan tradisional, modern sampai masakan asing dengan harga yang bervariasi pula. Jam bukanya pun berbeda – beda, meskipun sebagian besar buka dari sore hingga malam hari. 

Kawayuka di sisi kiri

Ada juga yang istimewa dari Pontocho selama musim panas yaitu dari bulan Mei sampai September. Banyak restoran di pinggir sungai membangun Kawayuka atau tempat makan sementara yang dibangun di atas air mengalir, untuk mengatasi cuaca panas saat musim panas. Karena hanya ada saat musim panas, sebaiknya kalian reservasi terlebih dahulu agar bisa menikmati suasana di atas Kawayuka .

Lanjut sampai ke ujung timur

Kalau cerita tentang Jepang, pasti tidak asing dengan nama geisha. Geisha atau geiko dalam dialek Kyoto adalah seniman perempuan yang terlatih dalam bidang seni, musik dan tarian. Dan dalam perjalanan dari sungai Kamo menuju ke kuil Yasaka, kami melewati satu distrik geisha yang paling terkenal di Kyoto, yaitu Gion. Selain itu Gion merupakan tempat untuk menikmati suasana kota tua Kyoto, melalui deretan rumah tradisionalnya yang bernama machiya. Meskipun sekarang ini sebagian besar dari machiya sudah beralih fungsi menjadi kafe, restoran dan pertokoan.

Karena langit sudah mulai gelap alias malam hari, jadi kami nggak sempat eksplor Gion dan langsung jalan sampai ke ujung timur Shijo Dori, yaitu Yasaka Shrine.

Yasaka Shrine

Yasaka Shrine (Yasaka – Jinja) atau Gion Shrine (Gion – Jinja) merupakan salah satu kuil yang paling terkenal di Kyoto. Banyak orang berkunjung ke kuil ini saat musim semi, sekitar awal bulan April karena letaknya berdekatan dengan taman Maruyama, salah satu tempat populer untuk hanami atau melihat bunga sakura. Sedangkan di bulan Juli, Kuil Yasaka menjadi tuan rumah bagi festival musim panas yang sangat terkenal di Jepang yaitu, Gion Matsuri. Festival ini melibatkan ratusan peserta dan prosesi dengan kendaraan hias yang berukuran sangat besar, sejak lebih dari seribu tahun yang lalu.

Yasaka Shrine

Dari pintu gerbang kami berjalan masuk sampai ke honden (kuil utama / main shrine). Di bagian atas honden ada lonceng besar yang akan dibunyikan oleh orang – orang untuk memberitahukan kehadiran mereka kepada para dewa sebelum berdoa. Tidak semua orang diijinkan masuk ke dalam honden, melainkan hanya pemuka agama dan orang – orang yang beribadah saja. Di depan honden ada sebuah panggung yang mampu memecah kegelapan malam *halah*, karena cahaya dari ratusan lampion yang menyala saat malam hari. Dan kalau kalian mengamati lebih dekat, ternyata di setiap lampion tertulis nama – nama dari para donatur.

(kiri) Honden

Hari semakin malam dan kami naik bus kembali ke hotel. Ada cerita seru lagi nih dari pengalaman naik bus hari ini. Di sini nggak ada yang namanya jam karet! Tepat sampai ke menit – menitnya! Jadi kami sempat lari – lari karena hampir ketinggalan bus hahaha.. Jangan lupa juga dahulukan orang tua, ibu hamil ataupun ibu dengan anaknya, biar bisa duduk di kursi penumpang. Karena mayoritas dari semua bus yang kami naiki, hampir semuanya ngerem mendadak waktu mau berhenti 😀 (SEPTEMBER 2023)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *