Dieng

Dingiinn..

Dingin? Emang kita liburan ke mana? DIENG jawabannya! hehehe.. .Kami pergi di bulan Juli yang saat itu suhunya berkisar antara 19 derajat celcius di siang hari, dan 10 derajat cecius saat malam menjelang pagi hari. Bahkan kaca kamar kami sampai mengembun 😀 .Bagi kalian yang mau pergi ke sana nggak ada salahnya kalau cek suhu dulu, supaya persiapan bisa lebih matang. Termos kecil, jaket, celana panjang, sepatu, topi atau sarung tangan bisa kalian bawa.

Adem benerr~

Kali ini kami akan mengunjungi Batu Pandang Ratapan Angin dan Kawah Sikidang plus ada sedikit cerita dari Bukit Sikunir yang kita nggak dapat momen golden sunrise-nya.

Berangkat

Sabtu pagi kami berangkat ke Dieng dan butuh waktu sekitar empat jam perjalanan menuju ke sana. Perjalanan kami diarahkan oleh aplikasi melalui kota Parakan ke arah Kebun Teh Tambi. Meskipun jaraknya lebih dekat namun jalannya berkelok – kelok, naik turun dan cukup sempit. Pemandangannya memang bagus, ada view gunung dan melewati kebun teh. Tapii.. kayaknya kalau lewat sana sekali aja deh 😀 (kita pulangnya lewat Wonosobo). Oh ya karena kita pergi ke gunung alangkah baiknya kalau memperhitungkan waktu keberangkatan. Supaya berkendara lebih nyaman sebelum kabut mulai turun.

Rute lewat Kebun Teh Tambi

Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang dan berliku *halah*, akhirnya kami sampai dan ternyata pas jam makan siang. Lalu kami mencoba mie ongklok khas Wonosobo yang enak juga apalagi makannya waktu masih panas – panas *top* .Selain itu ada juga makanan khas lain seperti semur kentang dan manisan carica yang cocok buat oleh – oleh.

Buah carica dan manisan carica

Perut mulai kenyang dan mari kita lanjutpakai jaket 😀 .Karena bagi saya ternyata 17 derajat celcius dinginnya cukup semriwing *brrr*

Batu Pandang Ratapan Angin

Konon tempat ini disebut Batu Ratapan karena letaknya yang tinggi dan dikelilingi oleh pepohonan juga semak belukar sehingga menghasilkan bunyi seperti siulan dan ratapan. Namun ada juga cerita kuno yang dikaitkan dengan tempat ini. Penasaran? Baca aja artikelnya 😀

Lokasi Batu Pandang Ratapan Angin satu arah dengan Telaga Warna dan Kawah Sikidang. Sampai di sana kita parkir dan mulai naik tangga ke arah loket. Tangganya terbuat dari batu dan sudah tertata rapi. Setelah itu kita naik tangga lagi dan jangan kaget kalau di sini ada banyak anak tangga, karena kita mau menikmati pemandangan Telaga Warna dan Telaga Pengilon dari atas. Naiknya tidak terlalu jauh tapi agak capek juga buat orang yang jarang berolahraga seperti saya hehehe..

Sampai di atas ternyata sudah ada beberapa tempat yang dibuat untuk spot selfie. Selain itu kalian bisa berfoto bersama burung hantu dan main ayunan besar di sini. Kalau mau melihat pemandangan kedua telaga ini dengan lebih jelas, kalian bisa naik ke atas. Pemandangannya oke juga nih 😀

Pemandangan Telaga Warna dan Telaga Pengilon dari atas

Kawah Sikidang

Kawah ini juga punya legendanya sendiri loh! Meskipun alasan disebut Sikidang karena letak kawahnya yang sering berpindah – pindah seperti hewan kidang (Bahasa Jawa dari hewan kijang). Rata – rata sekali dalam empat tahun, kolam kawah akan berpindah dalam satu lokasi seluas kurang lebih empat hektar, unik bukan? Kawah utama yang sekarang terletak satu kilometer dari pintu masuk. Saya belajar lagi dari alam dan semakin menyadari bahwa Tuhan kita memang hebat 😀

Kidang, Bahasa Jawa dari Kijang

Parkirannya cukup luas dan kita langsung menuju ke loket. Tiket masuk Kawah Sikidang sudah sepaket dengan tiket masuk Candi Arjuna. Dari luar, bau belerang yang menyengat sudah tercium. Oleh karena itu, jangan lupa pakai masker agar tidak keracunan gas dan zat beracun lainnya.

Dari beberapa artikel yang saya baca, ternyata tempat ini sudah dipugar. Dulu banyak spot selfie yang menurut saya terkesan kurang rapi. Sekarang jalur wisatawan sudah berupa jembatan kayu dan tersedia banyak gazebo di sepanjang jalan menuju ke kawah.

Di kawah utama kita bisa menyaksikan dari dekat, lumpur panas yang meletup – letup dan asap putih pekat yang mengepul ke udara. Tidak jauh dari kawah utama ada juga lereng – lereng yang mengeluarkan asap putih. Pengalaman saya, waktu foto – foto dekat kawah utama, ternyata anginnya berhembus ke arah kami. Asap putih pekat langsung menutupi kami dan baunya sangat menyengat, untung saja pakai masker 😀

Sebelum pulang kita bisa belanja oleh – oleh dulu di pasar saat menuju ke pintu keluar. Setelah itu kita kembali ke penginapan dan mengumpulkan tenaga buat pergi ke Bukit Sikunir besok pagi.

Istirahat dulu ya 😀

Bukit Sikunir

Sedikit cerita dari kegagalan saya karena terlambat bangun 😀

Selamat pagi dari Desa Sembungan 🙂

Dari penginapan kami berangkat menuju Bukit Sikunir melalui Desa Sembungan, yaitu desa tertinggi di Pulau Jawa. Dan kami sampai di parkiran jam setengah delapan pagi. Jalan dari parkiran menuju ke jalur trekking cukup dekat meskipun sudah mulai menanjak. Di kanan kiri jalan ada banyak warung yang menjual makanan dan juga oleh – oleh, yang hanya buka saat pagi hari saja. Waktu saya turun sekitar jam setengah sebelas, sudah hampir semua warungnya tutup.

Udah tutup semua nih!

Jalur trekking berupa tangga dari batu, ada yang masih rapi namun ada juga yang mulai rusak. Sepanjang jalur sudah diberi pembatas, jadi aman deh kalau pagi – pagi buta ke sini. Trekking di sini tergolong mudah karena jaraknya cukup dekat. Akibat dari jarang olahraga dan hembusan angin yang dingin, saya jadi ngos – ngosan dan sempat istirahat beberapa kali. Itupun hanya memakan waktu sekitar 45 menit.

Sampai di pos dua kita bisa foto – foto atau lanjut ke pos tiga karena jaraknya sangat dekat dan tidak terlalu menanjak. Saya lanjut ke pos tiga dan sesampainya di sana ternyata kabut sudah mulai turun. Jadi saya nggak bisa dapat foto yang bagus. Hanya ada foto berlatar belakang kabut putih, mirip pas foto gitu lah *hiks* .Nggak apa – apa deh yang penting udah pernah dan besok pasti saya ulang lagi hehehe..

Menuju pos tiga
Kabutnya sudah mulai turun 🙁

Akhirnya liburan kami di Dieng yang super dingin ini berakhir, tapi bukan yang terakhir karena saya masih ingin mengulang pergi ke Bukit Sikunir hehehe.. .Kedepannya persiapan saya harus lebih matang supaya dapat momen golden sunrise-nya. Semangat! 😀  (JULI 2022)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *