Labuan Bajo (Part. 2) – Pulau Kelor, Rinca dan Kalong
Selamat pagi dari Labuan Bajo!
Di hari yang kedua ini kami mulai bertemu dengan birunya langit dan lautan yang luas. Rasanya benar – benar sudah tidak sabar untuk trekking *semangat*. Dari hotel kami berangkat jam 8 pagi ke pelabuhan, dan lanjut naik local boat menuju Pulau Kelor. Di dalam local boat kami ada dua kamar tidur, satu kamar mandi dan dapur. Dengan fasilitas yang lengkap, jangan lupa selalu menjaga kebersihan karena kapalnya sangat bersih loh.. š
Sebelum sampai ke tempat tujuan, kita bisa menyiapkan kacamata,Ā sunblock, dan topi. Matahari bersinar sangat terik dan hanya ada sedikit pohon untuk berteduh, bisa kalian bayangkan betapa panasnya tempat ini. Kalau saya memilih mengenakan jaket karena takut kulit perih semua meskipun rasanya seperti sauna š
Jalur trekking Pulau Kelor yang ekstrim
Dari kejauhan sudah terlihat orang – orang yang nampak kecil dan curamnya jalurĀ trekking. Sangat menguji nyali! Tapi yang namanya pengalaman kan tidak bisa dibeli dengan uang, dan akhirnya saya coba saja *tabahkan hati*. Akhirnya saya tetap mencoba meskipun naik sedikit saja *takut turunnya*. Kalau di bawah kalian bisa bersantai sambil menikmati kelapa muda atau membeli souvenir patung kayu komodo dan mutiara. MenurutĀ guideĀ kami, mereka belajar memahat di Bali sehingga hasilnya bagus karena bentuknya luwes.
Naga asli Indonesia di Pulau Rinca
Sambil menikmati makan siang yang telah disediakan oleh koki kapal, kami lanjut ke Taman Nasional Loh Buaya di Pulau Rinca. Begitu sampai, jangan bayangkan langsung ada komodo yang menyambut kalian ya, karena jika itu terjadi sebaiknya kalian kabur ;D . Untuk bertemu dengan komodo kami harus jalan kaki agak jauh dan menemuiĀ rangerĀ terlebih dahulu.
RangerĀ akan menemani, menjelaskan dan menjaga kita dari serangan komodo karena perlu kalian ingat bahwa komodo itu hewan yang BERBAHAYA! Menurut ceritaĀ rangerĀ kami, komodo akan menggigit mangsanya dan membiarkan mereka mati perlahan karena air liur nya mengandung banyak bakteri. Agar terhindar dari serangan komodo sebaiknya jaga jarak dengan komodo dan tetap berjalan satu rombongan agarĀ rangerĀ mudah mengawasi kita.
Untuk mengelilingi wilayah ini kita bisa memilih jalurĀ trekkingĀ yang panjang, sedang atau pendek. Kami melewati jalur pendek karena ternyata sudah cukup menguras tenaga bagi yang jarang olahraga seperti saya *curhat*. Di tengah perjalanan,Ā rangerĀ menunjukkan sarang komodo yang berupa tanah berlubang dan fungsinya untuk mengecoh musuh. Menurut mereka, komodo merupakan hewan kanibal yang juga memangsa anaknya sendiri. Dan hebatnya rancangan Sang Pencipta, anak komodo ini bisa naik ke pohon untuk melindungi dirinya. Keren kan? meskipun serem juga… š
MenurutĀ rangerĀ kami, hujan hanya turun pada bulan Desember ā Februari, pantas saja tanahnya kering š . Warga juga susah mendapatkan air, mereka bahkan membelinya. Jadi inget setelah pulang nanti, harus lebih bijak saat menggunakan air š . SetelahĀ trekkingĀ sekitar satu jam akhirnya sampai di puncak dan lagi ā lagi pemandangan yang luar biasa di depan mata kami. Tidak ada kata yang bisa menggambarkan deh pokoknya!
Sunset bersama kalong
Sebenarnya di itinerary ada waktu snorkeling di Pulau Pempe tapi karena arusnya deras, kami langsung menuju ke Pulau Kalong. Di sini kita akan menunggu sekumpulan kalong keluar dari sarangnya di atas kapal.
Sambil menghabiskan waktu, saya mencoba bagaimana rasanya tidur di atas kapal. Bukannya menikmati, akhirnya saya malah pusing karena kapal nya goyang ā goyang kena ombak š . Tapi beda orang beda pendapat juga ya karena ada yang merasa tidur di atas kapal lebih nyaman hehehe š
Waktu langit mulai gelap kami naik ke atas atap kapal. Setelah cukup lama menunggu bersama kapal yang lain, sedikit demi sedikit sampai akhirnya ribuan kalong terbang keluar dari sarangnya. Terbang menghiasi langit senja yang makin menggelap karena matahari mulai tenggelam. Pemandangan yang sangat indah dan hanya bisa bersyukur atas ciptaan-Nya.. perfect!! š
Kembali dari Pulau Kalong, kami menikmati makan malam di Wisata Kuliner Kampung Ujung. Tempat ini buka malam hari dan menjual berbagai macam ikan segar yang bisa langsung dimasak sesuai dengan selera kita. Saya paling suka menu ikan kuah asam, karena rasa segarnya menghapuskan kata lelah *lebay* *mangkok licin tandas*. Setelah itu kami kembali ke hotel untuk beristirahat dan bersiap untuk petualangan besok, bye… š (JUNI 2019)