Air Terjun Tumpak Sewu
Awal mulanyaa …
Kabar gembira kali ini adalah tanggal merah di hari Sabtu! *yeahh*. Lumayan libur dua hari bisa buat jalan โ jalan ke tempat yang agak jauh *senyum lebar*. Sudah lama kami berencana pergi ke Air Terjun Tumpak Sewu yang berada di perbatasan Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang. Keistimewaan air terjun ini terletak pada aliran airnya yang melebar seperti tirai sehingga sering disebut sebagai Niagara nya Jawa Timur.
Bermula dari cerita si bapak yang mengantar kami dari Malang ke Tumpak Sewu, kami baru tahuย kalau ternyata medannya super ekstrim *speechless*. Ini semua gara – gara saya kurang teliti saat mencari informasi hahaha.. Tapi.. karena sudah terlalu bersemangat akhirnya kami tetap berangkat dan.. cerita panjang dimulai ๐
Sampai di Air Terjun Tumpak Sewu
Dari kota Malang, kira – kira butuh waktu dua jam perjalanan naik mobil. Hampir sampai di tempat, kami menjumpai dua pintu masuk dan sempat bingung juga. Pintu yang pertama tulisannya “Coban Sewu”. Sebenarnya air terjunnya sama saja, tapi kami memilih pintu yang kedua, “Tumpak Sewu”. Sampai di parkiran, ternyata sudah cukup banyak juga pengunjungnya ๐ .Masuk dari loket, kami berjalan di antara pepohonan salak. Jalan turunnya agak curam sampai ke Pos Panorama. Di sekitar sana ada beberapa warung dan juga ada ojek yang bisa mengantar kita kembali ke tempat parkiran lagi.
Sampai di sini, kami melihat air terjun dari atas dan pemandangannya memang luar biasa! Sampai – sampai kami bertekat turun ke bawah meskipun sebenarnya takut *kuatkan iman*. Kami bersyukur karena di sini banyak bertemu orang โ orang yang ramah dan baik hati. Bapak penjual kelapa muda pun berpesan supaya kami berhati โ hati karena kemarin turun hujan, sehingga jalannya cukup licin.
Petualangan dimulai!
Kami mulai menuruni anak tangga satu per satu mulai dari yang tanah, bambu dan besi. Saat sudah dekat ke bawah, kita akan melewati aliran air terjun kecil yang cukup deras. Ada tangga yang dilengkapi dengan pegangan dari bambu, besi juga tali tambang dan itu memudahkan kita saat naik.
Medan yang licin seperti tanah yang basah dan batu berlumut membuat kita harus ekstra hati โ hati. Tetapi perlu diketahui kalau batu โ batu yang dilewati aliran air malahan lebih tidak licin karena mereka tidak berlumut. Selain itu jarak antar anak tangga yang bervariasi ikut menguji kekuatan otot kaki kita dan cukup menguras tenaga.
Untuk sampai di bawah mental kami benar โ benar diuji! Takut ketinggian, capek, sempat putus asa mewarnai perjalanan kami saat itu. Untungnya kami bertemu dengan sesama pengunjung yang saling menyemangati, bertegur sapa dan bercanda. Dan sampailah kami di bawah dengan perasaan sukacita *berasa dapet undian* ๐
Akhirnya sampai di bawah ๐
Sampai di bawah, kita bisa memilih ke Goa Tetes (ke kiri) atau ke Air Terjun (ke kanan) dulu. Sebenarnya di sini ada dua jalan keluar. Yang pertama kembali ke jalan tadi, medannya lebih curam tapi jaraknya lebih dekat. Yang kedua searah ke Goa Tetes, medannya lebih bagus tapi jaraknya lebih jauh. Karena tidak tahu ada dua jalan keluar, kami ke Goa Tetes dulu dan membayar 5.000 rupiah per orang. Sambil menyusuri bebatuan di pinggir sungai, kami juga melewati air terjun kecil yang tak kalah cantik. Namun saat sudah dekat ke arah Gua Tetes akhirnya kami kembali daripada terlalu basah ๐ .
Kami menuju ke air terjun dan membayar 10.000 rupiah per orang. Untuk sampai ke air terjun, kita akan menyusuri tepi sungai dan menyeberang dua kali di atas jembatan besi. Semakin dekat dengan air terjun semakin becek tanahnya dan banyak batu yang berlumut. Lebih baik berhati โ hati karena sangat licin. Dann.. sampailah kami di depan โtirai air raksasaโ yang amat sangat indah. Rasanya seperti sedang menikmati sepotong kecil Surga yang ada di dunia.. kerenn! *terharu*
Sayangnya angin berhembus cukup kencang ke arah kami jadi hasil fotonya penuh titik โ titik air (lupa mengelap kamera ponsel juga ๐ ). Tapi justru saya menyadari, saat pergi ke suatu tempat jangan hanya bingung untuk mengambil foto, tapi NIKMATI lah! Karena saat menikmatinya, kita jadi bisa mensyukuri kehebatan Tuhan! ๐
Kepanikan dimulaii!!
Sebelum lebih basah lagi, kami kembali ke atas lewat jalur yang tadi. Dan di tengah perjalanan, tiba – tiba kakak saya pingsan! Awalnya saya kira hanya kelelahan namun lama kelamaan wajahnya semakin pucat dan lemas. Karena tidak pernah melihat orang pingsan jadinya saya panik setengah mati ๐ฎ . Untung ada sesama pengunjung dari Kediri dan juga turis mancanegara yang menolong kami. Mulai dari meminta bantuan, meminjamkan jaket, menenangkan saya *super panik* sampai menolong menyadarkan kakak saya (tipsnya di sini).
Di tengah kejadian ini saya sangat bersyukur kepada Tuhan karena saya tidak dibiarkan-Nya sendiri. Banyak orang yang menolong kami. Setelah kakak saya sadar dan ditolong sampai ke atas, kami juga disambut dengan ramah oleh seorang warga. Pulangnya masih dapat oleh – oleh juga. O ya.. belum lagi bapak penjual kelapa muda juga memberi kami air kelapa secara cuma – cuma untuk kakak saya. Sudah tidak tahu harus bilang apa dan hanya bisa berterima kasih saja ๐
Meskipun kali ini merupakan perjalanan yang luar biasaa.. tapi menurut saya tempat ini sangat recommended buat pecinta petualangan yang ekstrem. Jangan lupa sebelum berangkat persiapkan fisik dahulu. Medannya curam dan licin jadi lebih baik bawa perlengkapan dalam ransel biar tidak ribet dan gunakan sandal gunung. Yang pasti selalu cari informasi selengkap – lengkapnya sebelum berangkat. Kalau semua sudah siap? Berangkaattt!! ๐ (AGUSTUS 2019)