Eropa 2024 (Part. 1) – Yunani
// Yunani : Santorini //
Akhirnya mandi!
Dua hari kemudian, akhirnya sampai juga di Santorini *haha* .Setelah mendarat kami langsung mengurus sewa mobil yang berada di bagian arrivals. Dan bagi para pengemudi, semoga cepat beradaptasi dengan setir kiri ya hehehe.. Tapi tenang saja karena berkendara di tempat ini sangat menyenangkan. Selain ramah, orang – orangnya juga sopan saat berkendara.
Karena hari sudah malam, kami langsung mengisi perut dulu. Kemudian barulah check in hotel dan.. mandi! Yeahh.. seger banget! Sebelum istirahat nggak lupa saya mengecek stop kontak, beneran cocok alias bisa dipakai nggak? Ternyata cocok, jadi bisa langsung charge hape deh 😀
Besok paginya
Ada sedikit cerita dari kemarin malam nih. Waktu sampai di hotel, kami disambut oleh seorang bapak resepsionis yang sangat baik hati. Dengan sukarela beliau bercerita tentang tempat – tempat yang sebaiknya kami kunjungi selama berada di Santorini. Meskipun sudah menyusun itinerary, namun kami sangat terbantu dengan informasi tersebut. Jadi ada beberapa tempat yang akan kami kunjungi hari ini, yaitu Akrotiri Lighthouse, Red Beach, Three Bells of Fira dan Windmill of Oia.
Penjaga laut
Pagi ini kami awali dengan perjalanan menuju ke pantai barat daya Santorini. Di sana terdapat salah satu mercusuar tertua di Yunani, yang dibangun pada tahun 1892 oleh sebuah perusahaan perdagangan Prancis. Tempat ini adalah Mercusuar Akrotiri yang berdiri tegak seperti penjaga laut dengan ketinggian sekitar 10 meter. Awalnya mercusuar yang dioperasikan oleh manusia secara manual ini menggunakan bahan bakar bensin. Namun seiring diperkenalkannya listrik pada tahun 1988, Mercusuar Akrotiri mulai beroperasi secara otomatis. Meski sempat berhenti beroperasi selama Perang Dunia II, mercusuar ini mulai beroperasi lagi pada tahun 1945, setelah Angkatan Laut Yunani memperbaiki dan mengaktifkannya kembali.

Pemandangan laut dan langit biru yang cerah, sungguh memanjakan mata kami selama perjalanan menuju ke sana. Beneran nggak tau harus ngomong apa, meskipun jalannya agak naik turun tapi pemandangannya sungguh cantik! Hanya bisa bersyukur kepada Tuhan, sudah diijinkan menikmati pemandangan yang indah dengan cuaca secerah ini 🙂

Setelah sekitar setengah jam akhirnya sampai juga di ujung pulau Santorini. Bagi yang mengendarai mobil seperti kami, tempat parkirnya agak sempit ya. Dan untuk mendekat ke arah mercusuar, jalannya masih berbatu dan tidak rata meskipun jaraknya sangat dekat. Sebenarnya waktu yang paling pas untuk mengunjungi tempat ini adalah saat matahari terbenam. Tapi karena tempat ini letaknya di paling ujung selatan, jadi kami memutuskan pergi ke sini dulu. Meskipun menurut saya, pemandangannya tetap bagus banget!
Tiga jenis pantai
Menurut sejarah, ternyata keindahan alam pulau ini menyimpan sebuah cerita. Sekitar tahun 1600 SM, terjadi letusan Gunung Berapi Santorini yang mengakibatkan perubahan bentuk pulau Santorini. Letusan dahsyat ini juga menyebabkan seluruh pulau tertutup batu apung, abu, dan lava vulkanik. Dan dari campuran bahan – bahan tersebut, terciptalah pantai berpasir gelap atau Black Beach. Pantai berpasir hitam ini bisa ditemukan di beberapa tempat, seperti Kamari Beach dan Perissa Beach. Kedua pantai ini cukup terkenal jadi lebih banyak pengunjungnya dan memiliki fasilitas yang lengkap.
Selain Black Beach ada juga White Beach, meskipun tidak berpasir putih seperti namanya. Pasirnya pun berwarna kehitaman karena terbentuk dari kerikil hitam dan pasir vulkanik abu – abu. Namun dinamakan White Beach karena teluk kecil ini dikelilingi oleh tebing tinggi berwarna putih. Akses menuju ke White Beach cukup sulit. Karena tidak bisa dilalui oleh mobil, jadi cara termudahnya dengan menggunakan kapal.
Ada pantai yang lain..
Hal yang serupa juga berlaku di Red Beach. Loh.. banyak banget jenis pantainya? Ya, betul sekali! Di sini ada tiga jenis pantai yang memiliki ciri khasnya masing – masing. Meskipun kami hanya sempat mampir ke Red Beach saja. Dinamakan Red Beach atau Kokkini Paralia karena di semua sisinya berwarna merah kehitaman. Mulai dari tebing, pasir sampai bebatuan besar semuanya berwarna merah kehitaman. Unik dan asli keren bangett! Bener – bener lukisan Tuhan yang hebat!

Untuk aksesnya ada dua pilihan. Kalau mau langsung ke “pantainya” Red Beach tanpa capek jalan kaki, pengunjung bisa naik kapal sekaligus mengunjungi White Beach. Karena sebenarnya kedua pantai ini letaknya berdekatan, meskipun agak jauh jika ditempuh melalui jalur darat. Tapi kalau mau versi petualangan, dari area parkir yang berdekatan dengan Gereja St. Nicholas, pengunjung bisa jalan kaki naik menuju ke tanjung. Kemudian menuruni jalan setapak berbatu ke pantai di bagian bawah. Namun sebelum jalan turun ke pantai, ada baiknya jika membawa bekal terlebih dahulu karena di bawah tidak ada restoran maupun toilet. Kalau kami pilih yang mana? Sepertinya menikmati pemandangan dari atas tanjung sudah cukup ya 😀

Tapi beneran keren banget! Sangat – sangat bersyukur karena bermula dari bapak resepsionis yang menyarankan kami mengunjungi Red Beach ini. Thank God. It’s so beautiful!!
Gereja dengan tiga lonceng
Tempat tujuan berikutnya adalah Gereja Katolik Dormition yang terletak di kota Fira. Gereja ini terkenal dengan kubah biru, tiga lonceng dan pemandangan Laut Aegea nya yang sangat indah, sehingga lebih sering disebut Three Bells of Fira. Awalnya gereja ini dibangun di permukaan tebing pada pertengahan abad ke 17, namun sempat dihancurkan karena perluasan Fira. Gereja yang sekarang dibangun pada tahun 1757, kemudian direnovasi dan diperluas beberapa kali selama bertahun – tahun. Gereja ini juga kembali dipugar setelah mengalami kerusakan berat pada strukturnya, akibat dari gempa bumi Amorgos tahun 1956.
Menemukan tempat ini sebenarnya nggak susah, tapi entah mengapa kami sempat salah lokasi. Mungkin karena kami mencari area parkir mobil di maps, kemudian diarahkan oleh maps ke area parkir dekat Firostefani Central Square. Padahal di viewpoint – nya ada area parkir yang cukup luas.
Akhirnya kami sampai di sana sekitar jam 5 sore dan masih sepi. Mungkin tempat ini akan ramai saat sore menjelang malam hari, karena Santorini terkenal dengan sunset – nya. Dan di sini matahari baru mulai tenggelam sekitar jam 8 malam. Tapi untung hasil fotonya tetap keren, walaupun belum sunset hehehe.. Bukan karena orang atau hapenya ya, tapi memang pemandangannya yang sangat cantik! Thank God 🙂

Kincir angin
Santorini merupakan pulau yang berangin, sama seperti pulau – pulau Cyclades lainnya. Cyclades sendiri adalah sekelompok pulau yang terletak di Laut Aegea, tepatnya di sebelah tenggara daratan Yunani. Sehingga pada jaman dulu, penduduk membangun kincir angin dan memanfaatkan angin untuk membantu proses penggilingan tepung. Dan di Santorini ada sekitar 70 kincir angin yang sudah dibangun sejak abad ke 14.

Dari kota Fira kami menuju ke Oia, tepatnya di Windmill of Oia. Karena hari sudah menjelang malam, maka kami akan menikmati sunset di sini. Tempat ini sangat ramai pengunjung dan penuh dengan rumah, hotel juga restoran. Banyak gang – gang yang kami lewati, dan untuk sampai ke Windmill of Oia ini, kami harus jalan dari satu gang ke gang yang lain supaya mendapat spot foto yang paling pas. Bahkan terkadang sampai masuk ke halaman hotel, yang sebenarnya tidak diperbolehkan hehehe 😀

Sunset di sini memang cantik jadi jangan sampai terlewatkan. Suasana dan pemandangannya oke banget menurut saya. Tidak hanya itu, saat perjalanan kembali ke hotel pun kami dimanjakan dengan pemandangan malam yang tidak kalah bagusnya, meskipun tidak terpotret dengan jelas. Namun bagi saya, bukit yang dipenuhi lampu pada saat malam hari merupakan pemandangan yang sangat sangat indah 🙂 (APRIL 2024)


Anda Mungkin Suka Juga

Eropa 2024 (Part. 2) – Yunani
21/02/2025
Eropa 2024 (Part. 5) – Itali
09/03/2025